SIRKUM SISI / KHITAN
SIRKUM SISI
TINJAUAN PUSTAKA
Sirkumsisi
atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai khitan atau sunat, atau dalam budaya
jawa dikenal dengan istilah “sumpit” pada dasarnya adalah pemotongan sebagian
dari preputium penis hingga keseluruhan glans penis dan corona radiata terlihat
jelas. Penis merupakan organ tubuler yang dilewati oleh uretra. Penis berfungsi
sebagai saluran kencing dan saluran untuk menyalurkan semen kedalam vagina
selama berlangsungnya hubungan seksual.
Penis dibagi
menjadi tiga regio : pangkal penis, korpus penis, dan glans penis. Pangkal
penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simphisis pubis. Korpus
penis merupakan bagian yang didalamnya terdapat saluran, sedangkan glans penis
adalah bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra eksterna. Corona
radiata merupakan bagian “leher” yang terletak antara korpus penis dan glans
penis.
Kulit yang
menutupi penis menyerupai kulit skrotum, terdiri dari lapisan otot polos dan
jaringan areolar yang memungkinkan kulit bergerak elastis tanpa merusak
struktur dibawahnya. Lapisan subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena
dan pembuluh limfe superficial. Jauh dibawah jaringan areolar, terdapat
kumparan jaringan elastis yang merupakan struktur internal penis. Sebagian
besar korpus penis terdiri dari jaringan erektil, corpora cavernosa dan corpus
spongiosum. Lipatan kulit yang menutupi ujung penis disebut preputium.
Preputium melekat di sekitar corona radiata dan melanjut menutupi glans.
Kelenjar-kelenjar preputium yang terdapat di sepanjang kulit dan mukosa
preputium mensekresikan waxy material yang dinamakan smegma.
Sayangnya,
smegma merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan bakteri. Inflamasi
dan infeksi sering terjadi di daerah ini, khususnya bila higienitasnya tidak
dijaga dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasi problem ini adalah dengan
sirkumsisi.
Prosedur
sirkumsisi di barat khususnya USA umum dilakukan segera pada bayi baru lahir.
Dari sisi agama, budaya dan dukungan data epidemiologi, sirkumsisi dianggap
memiliki pengaruh yang baik bagi kesehatan reproduksi walaupun hal ini masih
menjadi perdebatan di kalangan ahli.
Di seluruh
dunia, diperkirakan sekitar 25% pria telah disirkumsisi. Bukti epidemiologi
yang kuat menunjukkan pengaruh sirkumsisi : pria yang telah disirkumsisi
(dewasa dan neonatus) memiliki resiko lebih kecil menderita infeksi saluran
kemih, penyakit genitalia ulseratif, karsinoma penis, dan infeksi HIV
dibandingkan dengan pria yang tidak disirkumsisi.
Walaupun
demikian, sirkumsisi pada neonatus tetap menjadi perdebatan. Sirkumsisi
dianggap memiliki risiko dan efek negative seperti nyeri, perdarahan, trauma
penis, dan infeksi postoperasi. Banyak praktisi medis yang merasa bahwa
prosedur sirkumsisi pada neonatus memiliki efek negative yang lebih besar
dibandingkan bila dilakukan pada pria dewasa.
American
Academy of Pediatrics dan Canadian Paediatrics Society tidak menjadikan
sirkumsisi sebagai prosedur rutin pada neonatus, tetapi keduanya dapat saja
melakukannya dengan dukungan dan persetujuan orang tua berdasarkan evaluasi
medis individu dengan melihat keuntungan dan kerugiannya.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang
dibutuhkan dalam sirkumsisi adalah :
1. Sirkumsisi
set
2. Spuit 3 cc
3. Jarum jahit
jaringan
4. Duk steril
5. Obat
anestesi local (lidokain, prokain, bupivakain)
6. Povidon
Iodine
7. Kasa steril
8. Catgut
plain
9. Plester
10. Handscoen
PROSEDUR TINDAKAN / PELAKSANAAN
1.
Mempersiapkan dan mengecek semua alat dan bahan yang diperlukan
2. Menempatkan
alat dan bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3.
Mempersiapkan pasien (menyapa dengan ramah dan mempersilahkan pasien untuk
berbaring)
4. Melakukan
anamnesis singkat (identitas, riwayat penyakit, riwayat luka, perdarahan dan
penyembuhan luka, kelainan epispadia dan hipospadia)
5. Meminta
pasien membuka celana/sarung dan menenangkan pasien dengan sopan
6. Melakukan
cuci tangan furbringer
7. Memakai
handscoen steril
8. Desinfeksi
daerah operasi mulai dari preputium sampai pubis secara sentrifugal
9. Memasang
duk steril dengan benar
10. Melakukan
anestesi blok n.pudendus
11. Melakukan
anestesi infiltrasi sub kutan pada corpus penis ke arah proximal
12. Melakukan
konfirmasi apakah anestesi telah berhasil
13. Membuka
preputium perlahan-lahan dan bersihkan penis dari smegma menggunakan kasa
betadin sampai corona glandis terlihat.
14. Kembalikan
preputium pada posisi semula
15. Klem preputium
pada jam 11, 1 dan jam 6
16. Gunting
preputium pada jam 12 sampai corona glandis
17. Lakukan
jahit kendali mukosa – kulit pada jam 12
18. Gunting
preputium secara melingkar kanan dan kiri dengan menyisakan frenulum pada klem
jam 6
19. Observasi
perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena, ligasi dengan jahitan
melingkar)
20. Jahit
angka 8 pada frenulum
21. Lakukan
pemotongan frenulum di distal jahitan
22. Kontrol
luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di sekeliling luka jahitan
23. Balut luka
dengan kasa steril
24. Buka duk
dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali semua peralatan
25. Pemberian
obat dan edukasi pasien
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuhidajat R, Wim de Jong. 2004. Buku
Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.
0 comments:
Post a Comment