Seputar Kesehatan dan Keperawatan by Nanda Deka Pratama. Powered by Blogger.

CARA PENCEGAHAN DAN BERHENTI MEROKOK

UPAYA PENCEGAHAN DAN BERHENTI MEROKOK


A.   Adanya kampanye anti merokok melalui :
Di lingkungan keluarga dari orang tua ke anak-anak, lingkungan pergaulan dan masyarakat sekitarnya.
Poster,film, diskusi/penyuluhan, testimonial dari mantan pecandu rokok atau pihak yang kehilangan seseorang akibat rokok
Iklan antirokok dengan jam penayangan intensif untuk menandingi iklan rokok.
Media: sekolah-sekolah, televisi, radio, dll.

B.   Agama, pendekatan melalui agama juga diperlukan, diantaranya :
Merokok adalah bentuk perbuatan merusak/mebunuh diri sendiri dan orang lain. Dalam QS. Al-Baqoroh:195 dan QS. An-Nisa: 29.
“...dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalamkebinasaan dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”.(QS. Al-Baqarah: 195)
“ Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa’: 29).

C.   Kebijakan Pemerintah Indonesia
Revisi PP No 81 Thn 1999 ( Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan ) menjadi PP No 19 Thn 2003 (10-03-03). Kadar nikotin dalam setiap batang rokok di wilayah Indonesia tidak boleh melebihi 1,5 mg, dan kadar kandungan tar maksimal 20 mg.

Strategi-strategi yang dapat anda gunakan untuk berhenti merokok :
1. Rencanakan waktu berhenti
Niatkan dan rencanakan kapan anda akan berhenti merokok untuk selamanya. Waktunya mungkin saja beberapa hari ke depan.

2. Bantu diri Anda sendiri
Dalam merencanakan dan menjaga keinginan Anda untuk berhenti merokok, carilah informasi mengenai rokok dan penyakit yang ditimbulkan dari berbagai sumber terpercaya seperti American Cancer Society, American Lung Association, Centers for Disease Control and Prevention atau situs lokal seperti Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia, Komite Nasional Penanggulangan Masalah Merokok atau konsultasikan dengan dokter.

3. Kelompok pendukung
Entah Anda bertemu secara online atau sebuah kelompok pendukung. Carilah dukungan dari orang-orang yang juga berusaha untuk berhenti merokok.

4. Konseling
Konseling merupakan pertemuan tatap muka dengan dokter yang terpercaya, psikolog, perawat atau konselor misalnya di Klinik Berhenti Merokok RS Paru Dr HA Rotinsulu. Forum ini akan membahas hal-hal apa saja yang menghalangi anda untuk berhenti merokok dan cara-cara untuk mengatasinya.

5. Olahraga
Olahraga akan membantu anda mengatasi stres dan berat badan yang bertambah setelah anda berhenti merokok.

6. Ajak Sahabat/Keluarga Anda
Mintalah teman atau anggota keluarga yang tidak merokok untuk menyediakan waktu mereka jika anda mengalami masa-masa yang sulit.

KESIMPULAN
- Berani “katakan tidak pada rokok”
- Jangan mau menjadi perokok pasif
- Jadikan rumah sebagai zona "aman" asap rokok
- Di kantor, mintalah kebijakan dari pihak manajemen agar diberlakukan "kawasan kerja bebas rokok".
- Rokok adalah racun yang bahaya bagi kesehatan.
- Rokok itu mahal, berapa biaya yang harus anda keluarkan per hari, per bulan, per tahun untuk merokok, kalkulasikanlah.
- Perlu upaya yang sinergis dari perokok, masyarakat, tenaga kesehatan dan pemerintah agar program antirokok dapat berhasil.
- Jika anda sayang pada diri anda sendiri, sayang pada keluarga, peduli dengan orang-orang sekitar anda, dan juga lingkungan anda ….. Segera Berhentilah Merokok !
 
Terima kasih, semoga bermanfaat.


(Thanks to: rotinsuluhospital.org)

BAHAYA MEROKOK

BAHAYA ROKOK UNTUK KESEHATAN
Penyakit Jantung Sampai Impotensi


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, yang menjadi kebutuhan dasar derajat kesehatan masyarakat, salah satu aspeknya adalah “tidak ada anggota keluarga yang merokok“.
Setiap kali menghirup asap rokok, entah sengaja atau tidak, berarti juga mengisap lebih dari 4.000 macam racun. Karena itulah, merokok sama dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru. Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya.

Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru.

Bila melihat sejarahnya, merokok untuk pertama kalinya dilakukan oleh suku bangsa Indian di Amerika. Merokok oleh bangsa Indian dilakukan untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Selanjutnya pada abad ke 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kebiasaan merokok kemudian mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tetapi, berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan. Sampai akhirnya pada abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.

Kandungan Kimia Rokok
Dalam sebatang rokok terkandung sekitar 4000 macam zat kimia. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85 persen) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol dan perylene adalah sebagian dari beribu-ribu zat di dalam rokok.
Dari sekitar 4000 macam zat kimia yang ada dalam rokok , setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan manusia. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.

Jenis Asap Rokok:
Mainstream smoke : asap rokok yang dihisap dan dihembuskan kembali oleh perokok
Sidestream smoke : asap hasil pembakaran rokok
Konsentrasi senyawa asam rokok Sidestream smoke > Mainstream smoke. Dalam sebatang rokok terdiri dari komponen gas (85%) terdiri dari CO, (karbonmonoksida), hidrosianat, sianogen, aldehid, keton, polynuclear aromatic hydrocarbons (PAH), nitrosamin dan lain-lain. Komponen partikel (15%) terdiri dari Nikotin, Uap air dan Tar.

Karbon monoksida (CO) atau Gas CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3 – 6%, gas ini dapat di hisap oleh siapa saja. Oleh orang yang merokok atau orang yang terdekat dengan si perokok, atau orang yang berada dalam satu ruangan. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian asap utama ( Mainstream smoke ), sedangkan 2/3 bagian asap sampingan (sidestream smoke), menyebar ke udara. Asap Sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup, perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga Karbon monoksida mengusir oksigen keluar dari sel darah merah, akibatnya jaringan tubuh, termasuk jantung kurang mendapat oksigen padahal jantung membutuhkan banyak oksigen karena pengaruh nikotin. Sehingga akan terjadi pengerasan dan penurunan elastisitas dinding pembuluh darah dam membuat darah lebih mudah membeku maka sumbatan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana.

Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5 – 3 mg, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40 – 50 ng/ml. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Tapi hasil pembakaran dari nikotin sepertidibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamin-lah yang bersifat karsinogenik. Pada paru, nikotin dapat menghambat aktivitas silia. Seperti halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Berkat efesiensi paru dan pembuluh darah, nikotin dapat mencapai otak dalam 7 detik setelah mulai merokok. Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan fisik. Hal itulah yang menyebabkan mengapa sekali merokok susah untuk berhenti.
Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan berakibat timbulnya Hipertensi. Hal ini di perburuk oleh karbon monoksida dari asap tembakau.

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar pada rokok antara 0,5-35 mg per batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru. Dan masih banyak lagi zat yang terkandung dalam satu batang rokok diantaranya Kadmium, Amoniak, Hidrogen Sianida (HCN), Formaldehid (Formalin), Metanol dan lain-lain.

Perokok pasif juga memiliki risiko yang untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan (di samping asap utama yang diembuskan balik oleh perokok). Oleh karena itu, dapat dipahami mengapa angka kejadian penyakit akibat rokok makin meningkat.

ROKOK DAN PENYAKIT
Penyakit yang paling umum menyerang perokok:

Penyakit Kardiovaskular
Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyrebab kematian yang paling banyak di jumpai. Sebagian besar serangan jantung telahterbukti di sebabkan karena merokok. Merokok dapat meningkatkan proses pengerasan dan penyempitan arteri. Proses penggumpalan darah terjadi 2 – 4 kali lebih cepat sehingga dapat menyebabkan terjadinya ateriosklerosis. Sehingga akan terjadi pengerasan dan penurunan elastisitas dinding pembuluh darah dan membuat darah lebih mudah membeku maka sumbatan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Penyakit kardiovaskular dapat terjadi dengan berbagai bentuk tergantung pembuluh darah mana yang terlibat.

Kanker
Kanker pembunuh terbesar, yaitu kanker paru-paru, membunuh hampir 90% penderitanya, atau hampir 30% dari seluruh kematian akibat kanker. Namun sesungguhnya justru kanker paru-parulah yang paling mudah dicegah. Survei dalam beberapa dekade menunjukkan bahwa satu-satunya penyebab mayoritas kanker paru-paru adalah asap rokok. Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal jantung, serta tekanan darah tinggi. Pada masyarakat yang tidak merokok, hanya 0,5 % resiko terkena kanker paru. Satu dari sepuluh perokok sedang dan hampir 1 dari 5 perokok berat (lebih dari 15 batang sehari) akan meninggal karena kanker paru.
Kerusakan paru dapat melalui 3 mekanisme yaitu :
  1. Cedera akibat oksidasi
  2. Karsinogenesis
  3. Aktivasi imunologik
Kanker lainnya yang dapat terjadi yaitu :
  1. Kanker kandung kencing
  2. Kanker pada rongga mulut dan saluran nafas atas
  3. Kanker pada oesophagus
  4. Kanker pada ginjal
  5. Kanker pada pankreas
  6. Kanker serviks
Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) atau PPOM
COPD atau PPOM ( Penyakit Paru Obstuktif Menahun ) dikenal sebagai bronkhitis kronis dan emfisema. Seperti halnya kanker dan penyakit jantung, pada PPOM angka kematiannya berbanding lurus dengan rokok yang dihisap. Pada perokok paparan asap rokok yang terus menerus akan terjadi penyempitan diameter saluran napas karena adanya mekanisme pertahanan tubuh yaitu dengan peningkatan produksi mukus (dahak) maka akan mengakibatkan juga terjadinya bronkokonstriksi sehingga akan terjadi hambatan aliran udara. Hambatan aliran udara yang terus menerus akan memicu kerusakan pada kantung udara (alveoli) hal ini dapat mengakibatkan terjadinya emfisema. Akibat kerusakan kantung udara (alveoli) tersebut maka penderita akan sulit bernafas yang makin lama bertambah berat.

Impotensi
Hasil pembakaran rokok yaitu Karbon monoksida ( CO ) dan Nikotin : dapat menyebabkan terjadinya penyempitkan pembuluh darah arteri yang menuju penis sehingga mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis.

Demikianlah dampak yang dapat ditimbulkan rokok untuk kesehatan tubuh. Semoga bermanfaat, terima kasih.


(Thanks: rotinsuluhospital.org)

MEMILIH MAKANAN SEHAT

Tips Memilih Makanan-Makanan Sehat


Semua orang pasti ingin menjalani kehidupan sehat jasmani dan rohani. Berikut beberapa tips yang dapat Anda ikuti untuk mendapatkan makanan sehat.

1. Konsumsi Makanan Yang Kaya Nutrisi. Dibutuhkan 40 jenis nutrisi untuk membuat tubuh Anda tetap sehat. Dan satu jenis makanan saja tak bisa mencukupi asupan semua jenis ini. Pilihan makanan sehari-hari Anda seharusnya mencakup karbohidrat dan produk padi-padian penuh lainnya,buah-buahan, sayuran, produk susu serta daging, ikan atau makanan yang mengandung protein lainnya.

2. Konsumsi Padi-Padian Penuh, Buah dan Sayuran. Survey menunjukkan kalau kebanyakan orang tak cukup mengkonsumsi jenis makanan ini. Apakah Anda sudah menyantap 6-1 porsi nasi atau sereal, apakah 3 porsi dari jenis yang Anda makan ini termasuk padi-padian penuh? Apa Anda sudah menyantap makanan yang terdiri dari 2-4 porsi buah dan 3-5 porsi sayuran?

3. Atur Berat Badan Seimbang. Berat badan yang sesuai untuk Anda tergantung pada banyak faktor, termasuk jenis kelamin, tinggi badan, usia dan keturunan. Kelebihan berat berat badan membuat tekanan darah Anda meningkat, menyebabkan sakit liver, stroke, diabetes, dan beberapa jenis kanker atau penyakit lainnya.

4. Makan Dalam Ukuran Yang Layak. Jika Anda mempertahankan ukuran porsi Anda yang masuk akal, lebih mudah untuk menyantap makanan yang Anda inginkan supaya Anda tetap sehat. Apa Anda tahu rekomondasi makanan masak yang disajikan adalah 3 ons. Ukuran sedang buah-buahan adalah satu porsi dan satu cangkir pasta yang seimbang dua porsi, dan 4 porsi es krim.

5. Makan Secara Teratur. Melewatkan jam makan hanya akan membuat kontrol rasa lapar hilang, bahkan hasilnya malah jadi rasa lapar yang berlebihan. Saat Anda merasa lapar, itu juga berarti Anda melupakan soal nutrisi dalam makanan Anda.

6.Kurangi, Bukan Membatasi Porsi Makan. Kebanyakan orang menyantap Makanan untuk menyenangkan diri. Jika makanan favorit Anda jenis yang tinggi lemak, garam atau gula, kunci untuk menjadikannya layak. Periksa terlebih dahulu kandungan dalam diet makanan Anda dan ubahlah jika itu perlu.

7. Seimbangkan Pilihan Makanan Anda Setiap Saat. Tak semua makanan harus sempurna. Saat Anda menyantap makanan tinggi lemak, garam atau gula, pilih yang bahan-bahannya paling rendah. Jika Anda melewatkan kelompok makanan ini dalam sehari, perbaiki di hari berikutnya.

8. Mengetahui Kesulitan Program Diet Anda. Perbaiki kebiasaan makan Anda, pertama kenali apa yang salah dengan pola makan Anda. Tuliskan apapun yang Anda makan dalam tiga hari, lalu periksa daftar tersebut dan cocokkan dengan tips ini.

9. Buat Perubahan Secara Bertahap.Tak pernah ada ‘makanan super’ atau diet sehat yang mudah, jangan mengharapkan bisa langsung menghapus kebiasaan makan Anda dalam semalam.

10. Ingat, Makanan Bukan Sebuah Kebiasaan Buruk. Pilih makanan yang didasarkan pada pola makan total Anda, bukan berdasarkan ‘baik’ atau ‘buruk.’ Jangan merasa bersalah jika Anda menyukai makanan seperti pie, kripik kentang, cokelat atau es krim. Makan secara layak, dan pilih makanan lain yang dapat menyeimbangkan gizi Anda dan beragam yang lain, yang baik untuk kesehatan Anda.

Terima kasih, semoga bermanfaat.


(Thanks to: kapanlagi)

TIPS MILIKI JANTUNG SEHAT

TIPS MILIKI JANTUNG SEHAT
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2004) menunjukkan tiga faktor risiko utama yang saling terkait sebagai penyebab penyakit tidak menular seperti jantung dan stroke yaitu kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik serta makan tidak seimbang terus meningkat. Menjaga kesehatan jantung sangat mudah dilakukan, perubahan gaya hidup sekecil apapun dapat meningkatkan kualitas hidup Anda dan mengurangi risiko serangan jantung hingga 50 persen.

Berikut beberapa cara yang dapat anda lakukan agar jantung anda tetap sehat :

Berjemur
Sinar matahari mengandung vitamin D yang dapat meminimalisasi pembentukan plak di pembuluh darah. Penelitian di Universitas California menunjukkan, wanita dengan tingkat vitamin D tinggi memiliki risiko terkena penyakit jantung 31 persen lebih rendah. Berjemurlah pada pagi hari sebelum pukul 10.00 selama 20-30 menit. 

Konsumsi cokelat
Makanan yang satu ini seringkali dihindari karena dianggap dapat mengakibatkan kegemukan. Tapi jangan salah, manfaatnya juga banyak. Anda hanya perlu jeli memilihnya. Dark chocolate mengandung flavonoid dan magnesium yang dapat menurunkan kadar kolesterol jahat. Selain itu, ada pula kandungan asam stearat yaitu salah satu lemak yang ramah untuk jantung serta antioksidan yang dapat menghalangi radikal bebas merusak dinding arteri. Pastikan cokelat yang Anda konsumsi mengandung 70 persen cocoa untuk mendapatkan manfaatnya. 

Olahraga
Jantung adalah otot yang perlu dilatih secara teratur agar tetap dalam kondisi prima.
Latihan olah raga seperti jalan cepat, renang, joging atau bersepeda dapat memberikan latihan terbaik buat jantung anda. Penelitian New England Journal of Medicine mengatakan dengan melakukan jalan ringan selama 2,5 jam seminggu, Anda dapat memotong sepertiga risiko serangan jantung dan stroke. Aktivitas itu juga dapat meningkatkan kadar kolesterol baik dalam darah. Konsultasikan dengan dokter sebelum anda memulai melakukan olah raga. Anda juga dapat mengikuti sistem pengobatan tradisional Cina. Menurut pengobatan ini, olah raga kardio bukanlah satu-satunya cara meningkatkan kesehatan jantung. Gerakan lambat juga dapat menimbulkan efek yang sama. Saat tubuh Anda membentuk sebuah posisi dan merasa santai, Anda merangsang jaringan penghubung yang dilewati energi sehingga organ dapat berfungsi secara maksimal.

Konsumsi makanan laut
Makanan yang berasal dari laut dapat 'melumasi' jantung Anda karena mengandung asam lemak omega 3 yang dapat menurunkan risiko aritmia jantung, kadar kolesterol jahat, tekanan darah tinggi dan penggumpalan darah.

Berhenti merokok

Rokok mengandung lebih dari 600 zat kimia yang dapat merusak sel di dalam arteri. Hal tersebut dapat memicu peradangan yang dapat menyebabkan meningkatnya kolesterol dalam jantung. Berita baiknya, setahun setelah Anda berhenti merokok, resiko terkena penyakit jantung menurun hingga 50 persen.

Tertawalah!

Dengan tertawa, Anda menurunkan hormon stres yang diketahui dapat merusak lapisan pelindung pembuluh darah. Saat Anda sedang stres, jantung menerima adrenalin dalam dosis lebih besar. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknormalan irama jantung dan bertambah lengketnya trombosit yang pada akhirnya mengakibatkan sempitnya arteri. Hormon yang dilepaskan saat seseorang depresi juga dapat mempengaruhi kesehatan jantung. Karena itu, penderita depresi harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin.

Jangan lupakan gigi

Menurut sebuah studi yang dilakukan Sidney Dental Hospital tahun 2006, bakteri
dapat memasuki pembuluh darah dari gusi yang tidak sehat. Hal ini dapat menyebabkan peradangan yang merusak lapisan arteri. Sikat gigi Anda setidaknya dua kali sehari dan kunjungi dokter gigi Anda secara teratur.

Tidur cukup

Orang-orang yang tidur kurang dari lima jam semalam cenderung mengalami penumpukan mineral kalsium dalam pembuluh darah jantung yang suatu saat dapat pecah dan menimbulkan serangan jantung dan stroke. Hasil penelitian The Journal of the American Medical Association pada 495 orang dewasa menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengalami pengapuran arteri dapat diturunkan 1 dari 10 orang dengan menambah
jam tidur ekstra. Waktu tidur ideal adalah 6-7 jam sehari.

Jangan pendam rasa sakit hati

Sebuah penelitian gabungan dari San Diego State University dan University of Pittsburgh membuktikan bahwa kehidupan pernikahan yang sangat memuaskan dapat mengurangi faktor-faktor serangan penyakit jantung. Penelitian yang dilakukan pada 493 wanita berusia antara 42-50 tahun ini mengamati waktu berkumpul bersama, komunikasi, kehidupan seksual, hobi, karakter dan lain-lain. Hal serupa juga disebutkan dalam buku Heartbreak & Heart Disease yang ditulis oleh dr. Stephen T. Sinatra. Di buku tersebut dikatakan tekanan batin yang diakibatkan oleh emosi yang ditahan mulai dari patah hati, terlalu sedih, sampai dengan rasa bermusuhan dan amarah, dapat mengakibatkan tersumbatnya aorta jantung Anda yang efeknya mirip dengan oksidasi kolesterol, keracunan logam, insulin, radiasi dan darah yang mengental dan lengket.

Terima kasih, semoga bermanfaat.


(Thanks to: pesona)

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR




FRAKTUR


1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)

Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.


2. Etiologi
Penyebab fraktur diantaranya :
a. Trauma
1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
b. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lain-lain.
c. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
d. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga (Corwin, 2001 : 298).

3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri lokal
b. Pembengkakan
c. Eritema
d. Peningkatan suhu
e. Pergerakan abnormal (Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)

4. Klasifikasi / Jenis
a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal.
b) Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
c) Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d) Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)
1) Grade I : Luka bersih, panjang
2) Grade II : Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, merupakan yang paling berat.
e) Jenis khusus fraktur
1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya membengkok.
2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
4) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang
5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)
7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit pegel, tumor)
9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya
10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis
11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya (Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 – 2358).

6. Proses Penyembuhan Tulang
a. Stadium Pembentukan Hematoma
Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak, hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 – 2 x 24 jam
.
b. Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi.

c. Stadium Pembentukan Kallus
Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi.

d. Stadium Konsolidasi
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.

e. Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur. Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan (Rasjad, 1998 : 399 – 401).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma
b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).
e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal (Doenges, 2000 : 762).

8. Penatalaksanaan
Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :
a. Rekognisi
Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.

b. Reduksi
Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal.

c. Retensi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna.

d. Rehabilitasi
Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.

9. Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.
3) Osteomielitis kronis
4) Osteoporosis pasca trauma
5) Ruptur tendon (Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155).


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Data Biografi
2) Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat kesehatan keluarga

b. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas / istirahat
Keterbatasan / kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari jaringan yang bengkak / nyeri)

2) Sirkulasi
a) Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)
b) Takikardia (respon stress , hipovolemi)
c) Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler lambat
d) Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera

3) Neurosensori
a) Hilang gerakan / sensasi, spasme otot
b) Kebas / kesemutan (parestesia)
c) Nyeri / kenyamanan
d) Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot merupakan penyebab nyeri di rasakan

4) Keamanan
a) Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna
b) Pembengkakan lokal

5) Pengetahuan
Kurangnya pemajanan informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan serta perawatannya .

2. Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri b.d diskontinuitas jaringan tulang (fraktur)
2.Gangguan mobilitas fisik b.d pemasangan traksi atau gips
3.Gangguan istirahat tidur b. d nyeri
4.Defisit perawatan diri b.d traksi atau gips pada ektremitas
5.resiko tinggi kerusakan jaringan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur.

3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri b.d diskontinuitas jaringan tulang (fraktur)
Tujuan : Nyeri dapat berkurang dalam 1x 24 jam
K.H : Klien mengatakan nyeri berkurang, ekspresi wajah berkurang, tidak merintih

Intervensi :
1.1Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)
R/ Menjalin hubungan saling percaya antara perawat, klien dan keluarga klien

1.2Kaji TTV
R/ untuk mengetahui perkembangan klien dan mendeteksi infeksi dini

1.3Pertahankan tirah baring sampai nyeri berkurang
R/ Nyeri dan spasme otot dikontrol oleh immobilisasi

1.4Anjurkan pada klien untuk tidak menggerakan atau meminimalkan gerak pada bagian yang sakit
R/ dengan meminimalkan gerak atau tidak menggerakan bagian yang sakit dapat mengontrol nyeri

1.5Pertahankan traksi yang diprogramkan dan alat-alat penyokong (belat, alat fiksasi eksternal, atau gips)
R/ untuk mengimobilisasi frakturdan menurunkan nyeri

1.6Kolaborasi dengan tim medis (dokter)dalam pemberian obat antibiotik dana analgesik
R/ menjalankan fungsi independent perawat dan mempercepat penyembuhan


2. Ganguan Mobilitas fisik b.d Pemasangan traksi atau gips.
Tujuan :
a.Meminimalkan kemungkinan terhadap cidera
b.Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan keperawatan.
Kriteria Hasil :
a.Memperlihatkan tindakan untuk meningkat mobilitas
b.Melaporkan adanay peningkatan mobilitas
c.Mempertahankan posisi fungsional
d.Meningkat kekuatan / fungsi yang sakit
e.Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas.

Intervensi :
2.1Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
R/ nyeri dan spasme otot dikontrol oleh mobilisasi

2.2Tinggikan ekstrimitas yang sakit
R/ untuk member kenyamanan

2.3Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit.
R/ Mempertahankan fungsi ekstremitas

2.4Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit di bawah dan siatas fraktur ketika bergerak.
R/ untuk mengimobilisasi fraktur dan mengurangi nyeri.

2.5Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
R/ mengurangi resiko cidera
2.6Kolaborasi fisioterapi
R/ Menjalakan fungsi independent perawat dan mempercepat penyembuhan

3. Resiko tinggi kerusakan intregitas jaringan kulit b.d perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur.
Tujuan :
a.Kerusakan intregitas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
a.Tidak ada laserasi
b.Intregitas kulit baik

Intervensi :
3.1Kaji ulang intregitas luka dan observasi terhadap tanda infeksi
R/ untuk memonitori suhu tubuh dan mendektesi infeksi dini.

3.2Monitor suhu tubuh
R/ untuk mengetahui perkembangan klien dan mendeteksi infeksi dini

3.3Pertahankan kesejajaran tubuh
R/ meminimalkan gerak / mengurangi gerakan dapat mengontrol nyeri

3.4Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
R/ untuk menjaga intregitas kulit

3.5Kolaborasi pemberian antibiotic
R/ menjalankan fungsi independent perawat dan mempercepat penyembuhan.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM KEPERAWATAN



Komunikasi Terapeutik


Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong dan membantu proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat dalam berinteraksi untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal (Mulyana, 2000).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanankan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003). Komunikasi terapeutik bukan merupakan pekerjaan yang dapat dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan professional seorang perawat. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asik dan sibuk bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manuasia dengan bergbagai macam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003).

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi terencanakan yang terjadi antara perawat dan klien secara langsung atau tatap muka dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dan membantu proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997; Northouse, 1998; Mulyana, 2000; Indrawati, 2003; Arwani, 2003).

Manfaat komunikasi terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003).

Tujuan Komunikasi Terapeutik
Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang diperlukan. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien.

Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.

Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.

Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalahmasalah yang dihadapi.

Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya. Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang bukan tindakan terapeutik. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.

Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan. Disarankan mengekspresikan perasaan yang dinaggap mengganggu. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas
berkembang tanpa rasa takut. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.

Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain tentang apa yang dikomunikasikan. Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Ada tiga hal mendasar yang member cirri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut (Arwani, 2003):
1. Ikhlas
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.

2. Empati
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.

3. Hangat
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.


Fase-Fase Komunikasi Terapeutik
Dalam membina hubungan terapeutik (berinteraksi) dengan pasien, perawat mempunyai empat tahapan yang pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang berbeda-beda dan harus diselesaikan oleh perawat (Stuart dan Sundeen, dalam Christina, dkk, 2003) :

1. Tahap persiapan (Prainteraksi)
Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya, juga mencari informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahap ini harus dilakukan oleh perawat untuk memahami dirinya dan menyiapkan diri (Suryani, 2005).

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi yang akan dilakukan. Apakah ada perasaan cemas? Apa yang dicemaskan? (Suryani, 2005).

Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraksi dengan klien. Misalnya seorang perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam membuka pembicaraan dengan klien dan membina hubungan saling percaya (Suryani, 2005).

Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien. Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas klien yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi (Suryani, 2005).

Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani, 2005).

2. Tahap perkenalan (Orientasi)
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer dalam Suryani, 2005). Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang lalu (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina tidak bersifat statis, bisa berubah tergantung pada situasi dan kondisi (Rahmat, J dalam Suryani 2005). Karena itu, untuk mempertahankan atau membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai klien (Suryani, 2005).

Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Kontrak ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan sebuah interaksi (Barammer dalam Suryani, 2005). Pada saat merumuskan kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien terhadap kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap perawat karena klien menganggap perawat seperti dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Perawat perlu menekankan bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada pada diri klien sendiri (Suryani, 2005).

Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini perawat mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga dapat mengidentifikasi masalah klien. merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.

Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama klien (Cristina, dkk, 2002).

3. Tahap kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien.

Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active listening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih.

Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Tehnik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide
yang sama (Murray, B & Judth dalam Suryani, 2005). Tujuan tehnik menyimpulkan adalah membantu klien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting (Fontaine & Fletcner dalam Suryani, 2005)

4. Tahap terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien (Christina, dkk, 2002). Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah ditentukan. Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan.

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau
menyimpulkan.

Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu dapat menurunkan kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa interaksi itu ada gunanya? Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi klien.

Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang akan dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi klien sudah memahami tentang beberapa alternative mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut perawat mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari alternative tersebut.

Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar terdapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.

Stuart G.W. (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi perawat-klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan klien
pada pelaksanaan tahap sebelumnya.


Sikap Komunikasi Terapeutik
Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu :
1. Berhadapan
Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”.

2.Mempertahankan kontak mata Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

3. Membungkuk ke arah klien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu.

4. Mempertahankan sikap terbuka
Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.

5. Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien.

Tekhnik-tekhnik komunikasi terapeutik
1. Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tekhnik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, tekhnik ini sering digunakan pada tahap orientasi.

2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik (Keliat, Budi, Anna, 1992). Mendengarkan adalah proses aktif (Gerald, D dalam Suryani, 2005) dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).

3. Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien (Keliat, Budi, Anna, 1992). Restarting (pengulangan) merupakan suatu strategi yang mendukung listening (Suryani, 2005).

4. Klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam Suryani, 2005).

5. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan
terhadap klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).

6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).

7. Diam
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen dalam Suryani, 2005).

8. Memberi informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan.

9. Menyimpulkan
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawatklien. Tekhnik ini membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B & Judith dalam Suryani, 2005).

10. Mengubah cara pandang
Tekhnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat terutama ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya. Jadi dengan begitu klien bisa menerima dan meningkatkan harga dirinya.

11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.

12. Membagi persepsi
Menurut Stuart G.W : 1998 dalam Suryani : 2005, menyatakan membagi persepsi (sharing peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan antara respon verbal dan respon nonverbal klien, dan untuk selanjutnya menyamakan persepsi yang berbeda itu.

13. Mengidentifikasi tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting (Stuart & Sadeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.

14. Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Menurut Nightingale, F dalam Anonymous : 1999 dalam Suryani : 2005, mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi. Humor juga bisa membuat suasana menjadi lebih santai dan rileks. Humor juga bisa melepaskan ketegangan yang terjadi pada proses komunikasi.

12. Memberikan pujian
Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Semua orang pasti senang ketika mendapatkan pujian dari seseorang, begitu juga dengan pasien yang mendaptkan pujian dari perawat.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini, terima kasih.